PEMANTAUAN
TERAPI OBAT
“Limfoma Hodgkin”
I.
PENDAHULUAN
Penyakit
limfoma Hodgkin adalah kanker dari sistem limfoid.Sistem limfoid terdiri dari
berbagai jaringan dan organ, termasuk kelenjar getah bening, tonsil, sumsum
tulang, limpa, dan timus.Organ-organ ini memproduksi, menyimpan dan membawa sel
darah putih untuk melawan infeksi dan penyakit.Sekitar 5% penyakit Limfoma Hodgkin
(LH) didiagnosis pada anak di bawah usia 15 di Amerika Serikat. Penyakit juga
menyerang bayi dan anak-anak balita, namun sangat jarang terjadi. Jumlah kasus
meningkat secara signifikan dalam dua dekade terakhir, umumnya terjadi pada
usia remaja, sekitar 16 % pada kanker
remaja.1
Kebanyakan
pasien yang memiliki penyakit Hodgkin mengalami pembengkakan kelenjar getah
bening atau disebut limfadenopati.Ukuran nodul biasanya lebih besar daripada
yang terjadi pada infeksi umum, dan tidak merespon pengobatan standar seperti
antibiotik.Kelenjar getah bening yang terkena biasanya ditemukan di leher atau
di atas tulang selangka, dan jarang ditemukan pada bawah lengan atau pangkal paha.
Kelenjar getah bening sering menimbulkan rasa sakit, keras, kenyal, dan
bergerak di jaringan sekitarnya.1
LH
ditandai dengan adanya sel-sel berinti raksasa (sel Hodgkin / Reed-Sternberg) atau varian sel
mononuklear besar (lymphocytic dan histiocytic sel) terhitung sekitar 1%
dari sel-sel inflamasi.Insisi biopsi kelenjar getah bening atau beberapa core
jarum besar yang direkomendasikan untuk konfirmasi diagnosis, daripada aspirasi
jarum halus, dalam rangka memberikan materi yang cukup untuk interpretasi
patologis. Terdapat dua kelompok LH secara patologis yang meluas, yakni klasik
(CHL) dan nodular limfosit dominan (NLPHL), pemeriksaan imunohistokimia untuk
antigen ekspresi (CD30, CD15, CD20) digunakan untuk membedakan jenis ini.1
Diagnosis
Diagnosis
dialakukan dengan menelusuri riwayat medis lengkap dengan pemeriksaan fisik
oleh dokter.Pemeriksaan kelenjar getah bening secara menyeluruh harus
dilakukan.Pembesaran limpa atau hati dapat mengindikasikan penyakit secara
umum.Pemeriksaan X-Ray dada dilakukan sebelum biopsi dilakukan, dan pemeriksaan
biopsi dilakukan dengan mengambil jaringan kelenjar getah bening guna
mengkonfirmasi limfoma.1
Pemeriksaan
yang dilakukan :
- Laboratory studies (tidak untuk penentuan stadium, penting dilakukan)
- A complete blood count (CBC)
- LED (laju endap darah)
- Fungsi hati dan ginjal
- Imaging (radiologi)
Penentuan stadium3
Setelah
pemeriksaan lengkap dilakukan, stadium ditentukan dengan menggunakan sistem
penentuan stadium Ann Arbor.
Gambar 2. Sistem stadium Ann
Arbor
Stadium ditentukan berdasarkan lokasi KGB dan keterlibatan
organ.Kode “E” berarti terdapat keterlibatan jaringan ekstra limfatik seperti
rongga mulut, kelenjar liur, atau sinus paranasal. Stadium lebih lanjut diberi
kode “A” untuk pasien tanpa gejala sistemik atau “B” untuk pasien dengan gejala
sistemik seperti demam yang tidak jelas penyebabnya, berkeringat di malam hari,
kehilangan berat badan > 10% berat badan awal. Pada suatu penelitian dengan
900 pasien limfoma, pasien dengan stadium I sebanyak31%, stadium II 35%,
stadium III 14% dan stadium IV 19%.Hanya sebagian kecil pasien yang muncul
gejala sistemik “B”.Sebagian besar pasien dengan limfoma tiroid datang dengan
penyakit pada stadium I atau IIE. Sekitar duapertiga limfoma orbita adalah stadium
I.2
Penatalaksanterapi
Tujuan pengobatan untuk
penyakit Hodgkin, seperti kebanyakan kanker, adalah pengobatan dengan efek
samping jangka pendek dan jangka panjang yang minimal.Limfoma Hodgkin pada
anak-anak dan remaja tidak dapat disembuhkan dengan pembedahan saja untuk
mengangkat tumor.Subtipe (lymphocyte
predominant histology) dapat dikelola dengan pembedahan saja jika
diklasifikasikan sebagai tahap stadium awal. Umumnya anak-anak dengan penyakit
Hodgkin yang diobati dengan mengkombinasikan dua modalita terapi yakni
kemoterapi dan radiasi. Pengobatan lain seperti transplantasi stem cell dapat
dilakukan untuk pengobatan jika penyakit Hodgkin muncul kembali setelah
mengalami remisi/kesembuhan (relaps) atau jika kanker tidak merespon pengobatan
konvensional (refractory). Dokter
akan mendiskusikan pilihan yang terbaik untuk situasi pasien.1
Terapi initial
tergantung pada tahap dan bulk (ukuran) kanker serta subtipe LH. Pasien dengan
stadium yang lebih rendah (atau tahap awal), seperti IA dan IIA, akan menerima
lebih sedikit kemoterapi dibandingkan pasien stadium tinggi. Jumlah terapi juga
dapat dipengaruhi oleh apakah seorang pasien merespon dengan cepat atau rapid early responder (RER), yang berarti
kanker merespon cepat untuk pengobatan awal. Sebaliknya, kanker pasien merespon
lambat atau slow early responder
(SER), yang berarti kanker merespon lebih lambat untuk pengobatan awal. Saat
ini, pasien RER lebih sedikit jika dibandingkan pasien SER dengan stadium
penyakit yang sama. Sementara kebanyakan pasien dirawat dengan baik kemoterapi
dan terapi radiasi, upaya yang dilakukan untuk mengidentifikasi pasien RER yang
dapat diobati tanpa terapi radiasi tetap mempertahankan tingkat kelangsungan
hidup yang sama tinggi. Saat ini kebanyakan pasien kanker diterapi dengan
kemoterapi dan radioterapi.1
Gambar
1.Review Research Limfoma Hodgkin pada
ana
II.
DATA DEMOGRAFI
Nama
|
An. R. N
|
No MR
|
3174XXX-XX-
|
Jenis kelamin
|
Laki-laki
|
Usia
|
16 Tahun
|
Tanggal lahir
|
22.01.2001
|
Ruang rawat
|
kacang
polong/kelas 1
|
Masuk RS
|
17 Februari
2017
|
III.
RIWAYAT PENYAKIT
Riwayat penyakit sekarang:
|
Pasien datang rujukan dari RS NUH Singapore, direncanakan akan
kemoterapi. Saat ini sesak (-), mual (-), muntah (-), demam (-), intake baik,
BAB biasa.
|
Riwayat penyakit terdahulu:
|
Batuk pilek
Pernah mendapat kemoterapi :
COPP/ABV februari 2016
|
Post kemoterapi agustus 2016
|
No respon (konfirmasi hasil
radiologi tgl 20/9/2016)
|
Rencana tindakan
|
Kemoterapi lanjutan (etoposide)
selama 21 hari
Dan radiasi 25 x-30 x
|
IV.
RIWAYAT KELUARGA
Tidak
ada
V.
DIAGNOSIS
Hasil
pemeriksaan histopatologi (biopsy benjolan dileher)
tanggal
26 Juni 2014 di RS NUH Singapore.
Biopsy
|
Benjolan di leher ( anterior neck lymph node)
|
Imunihistokimia
|
CD30 positif
CD15 positif
LCA negatif;
D20 negatif
ALK1 negatif
CD3 negatif
|
Diagnosis
|
“Classical Hodgkin Lymphoma Nodular
sclerosis subtype”
|
Hasil pemeriksaan Radiologi
Radiologi April 2014
|
-
USG
thyroid : massa pada colli sinistraanterior yang mendesak thyroid glan
-
Thorax : massa kesan batas tegas dengan
sudut tumpul
-
CT.Scan : massa med.ant limfadenopati hilus
paru kanan susp. E.c limfoma.
|
Radiologi
(16.5.16)
|
PET
scan : limfadenopati
|
VI.
KELUHAN PADA SAAT MRS
Keluhan utama
|
Tidak ada keluhan
|
|
Alasan Masuk RS
|
Pasien direncanakan akan menjalani kemoterapi
lanjutan
Keluhan mual (-), muntah (-), demam (-), intake
oral baik, BAK/BAB biasa
|
|
Pemeriksaan fisik umum
|
Ku
TD
Nadi
RR
S
Skala nyeri
|
Baik, compos mentis
110/70mmHg
98x/menit
20 x
36 C
2
|
Rencana tindakan
|
Kemoterapi lanjutan :
Etopul 2 x 40 mg po
Ondansetron 2 x 8 mg po k/p
Dexamethasone 2 x 10 mg po k/p
Radiasi (ISRT) 20 x
|
VII.
HASIL PEMERIKSAAN
PENUNJANG
A. LABORATORIUM
17/2/2017 (dari SOAP)
Pemeriksaan
|
Hasil
|
Range
normal
|
Satuan
|
Hemoglobin
|
12,2
|
13-18
|
g/dL
|
Leukosit
|
12,56
|
5-10
|
103/µL
|
Tromosit
|
339
|
150-440
|
103/µL
|
SGOT
|
15
|
0-38
|
U/L
|
SGPT
|
15
|
0-41
|
u/L
|
B. RADIOLOGI
Status
limfoma Hodgkin post kemoterapi agustus (10-9-2016)
PET-SCAN Whole body (18FU-FDG
i.v 9.53mCi)
|
Dibandingkan
dengan pemeriksaan Pemeriksaan PET/CT tgl 16-5-2016, saat ini limfadenopati
dengan aktivitas metabolic minimal supraklavikula kiri diameter 0.4 cm,
limfadenopati parakardial kiri diameter 1.4 cm serta retrokardial diameter
1.0 cm, tidak menujukkan perubahan yang signifikan.
|
Kesimpulan
|
Limfadenopati supradiafragma
pada supraklavikula kiri, parakardial kiri tidak menujukkan perubahan
signifikan. Tidak tampak limfadenopati paru pada supradiafragma dan
infradiafragma. Splenomegali tidak menujukkan perubahan signifikan. Perbaikan
bone marrow involment pada femur involment pada femur kanan kiri. Peningkatan
fokal pada bone marrow sternum, costa 10 kanan dan L4 cenderung reaktif bone
marrow. Reaktif gl.thymus tidak menunjukkan perubahan yan signifikan.
Penebalan pleura pada posterior paru kanan dan fibrosis pada apical paru
kiri, stqa. Tidak tampak kelainan pada area kepala-leher dan abdomen pelvis
lainya
|
C. LAIN-LAIN
VIII.
CATATAN PERKEMBANGAN
PASIEN
Subjektif, objektif, Assesmen,
Plan (SOAP)
Tgl
|
S (Subjektif)
|
O (Objektif)
|
A(Assesment)
|
P (Plan)
|
17/2
|
Febris (-)
Nyeri (-)
Tidak terpasang infus
|
-
TTV
terlampir
-
kemoterapi
pertama etoposide p.o (d1/21)
|
Limfoma Hodgkin
Pasien merespon kemo dengan baik (tidak ada keluhan efek samping)
|
Monitoring efek samping obat (mual-muntah )
|
18/2
|
Ku baik
Nyeri (-)
Mual (-)
Tidak terpasang infus
|
-
Compos
mentis
-
Ttv
terlampir
-
Kemoterapi
etoposide po (d2/21)
|
Limfoma Hodgkin
Pasien merespon kemo dengan baik (tidak ada keluhan efek samping)
|
Monitoring efek samping obat (mual-muntah )
Evaluasi skala nyeri
|
19/2
|
Mual(-)
Muntah (-)
Intak oral baik
|
Compos mentis
Ttv terlampir
Kemoterapi etoposide po (d3)
|
Tidak ada keluan efek samping
|
Monitoring efek samping kemoterapi
Manajemen infeksi
|
20/2
|
Keluhan (-)
Mual (-)
Muntah (-)
Infus (-)
|
-
Compos
mentis
-
Ttv
terlampir
-
Kemoterapi
etoposide po (d4/21)
|
Tidak
ada keluan efek samping
|
Monitoring
efek samping kemoterapi
|
Dr.Sp.KJ
Pasien dapat menceritakan dirinya dengan baik
Saat ini tidak ada masalah kesehatan
|
-
|
Kondisi
medis yang perlu perhatian
|
Memperkuat
mekanisme koping
|
|
21
|
Keluhan (-)
Mual (-)
Muntah (-)
Infus (-)
|
-
Compos
mentis
-
Ttv
terlampir
-
Kemoterapi
etoposide po (d5/21)
-
Radiasi
(d1/20)
|
Tidak
ada keluan efek samping
|
Monitoring
efek samping kemoterapi dan radiasi
|
22/2
|
Keluhan (-)
|
-
Compos
mentis
-
Ttv
terlampir
-
Kemoterapi
etoposide po (d6)
-
Radiasi
(d2/20)
|
Tidak
ada keluan efek samping
|
Monitoring
efek samping kemoterapi dan radiasi
|
23/2
|
Keluhan (-)
|
-
Compos
mentis
-
Ttv
terlampir
-
Kemoterapi
etoposide po (d7)
Radiasi (d3/20)
|
Tidak ada keluan efek samping
|
Monitoring efek samping kemoterapi dan radiasi
|
24/2
|
Mual (-)
Muntah (-)
Infus (-)
|
-
Compos
mentis
-
Ttv
terlampir
-
Kemoterapi
etoposide po (d8)
Radiasi (d4/20)
|
Tidak ada keluan efek samping
|
Monitoring efek samping kemoterapi dan radiasi
|
25/2
|
Keluhan -
|
-
Compos
mentis
-
Ttv
terlampir
-
Kemoterapi
etoposide po (d9/21)
Radiasi (d5/20)
|
Tidak ada keluan efek samping
|
Monitoring efek samping kemoterapi dan radiasi
|
26
|
Keluhan (-)
Mual –muntah (-)
Intake oral baik
|
-
Compos
mentis
-
Ttv
terlampir
-
Kemoterapi
etoposide po (d10/21)
Radiasi (d6/20)
|
Tidak ada keluan efek samping
|
Monitoring efek samping kemoterapi dan radiasi
|
2/2
|
Keluhan (-)
Mual -muntah (-)
Febris (-)
|
-
Compos
mentis
-
Ttv
terlampir
-
Kemoterapi
etoposide po (d13/21)
Radiasi (d8/20)
|
Tidak ada keluan efek samping
|
Monitoring efek samping kemoterapi dan radiasi
|
3/2
|
Mual (-)
muntah (-)
Intake oral baik
|
-
Compos
mentis
-
Ttv
terlampir
-
Kemoterapi
etoposide po (d14/21)
Radiasi (d9/20)
|
Tidak ada keluan efek samping
|
Monitoring efek samping kemoterapi dan radiasi
|
Catatan tanda-tanda Vital
Tgl
|
17
|
18
|
19
|
20
|
21
|
22
|
23
|
TD mmHg
|
110/70
|
120/70
|
100/70
|
100/80
|
110/70
|
110/70
|
110/70
|
HR x/menit
|
90
|
88
|
75
|
100
|
90
|
90
|
92
|
RRx/menit
|
20
|
20
|
20
|
20
|
20
|
20
|
20
|
S˚C
|
36
|
36
|
36
|
36
|
36
|
36
|
36
|
Catatan tanda-tanda vital pasien
Tgl
|
24
|
25
|
26
|
27
|
28
|
1
|
2
|
3
|
TD mmHg
|
110/70
|
100/70
|
110/70
|
120/70
|
100/70
|
100/80
|
110/70
|
110/70
|
HR x/menit
|
80
|
92
|
90
|
88
|
75
|
100
|
90
|
90
|
RRx/menit
|
20
|
20
|
20
|
20
|
20
|
20
|
20
|
20
|
S˚C
|
36
|
36
|
36
|
36
|
36
|
36
|
36
|
36
|
VII.
CATATAN PENGOBATAN
Intruksi
dokter
|
|
Protokol
kemoterapi
|
Etopul
40 mg dilarutkan dalam jus jeruk diminum dalam kedaan perut kosong setidaknya
minum segelas air putih. Pengobatan diberikan sehari 2 kali, selama 21 hari.
|
Pramedikasi
|
ondansetron 2 x 8 mg po (jika mual)
Dexametasin
2 x 10 mg ( jika ada keluhan nyeri )
|
Bunyi
intruksi protokol
Rute
obat/kekuaan sediaan
|
Dosis
dan frekuensi
|
Durasi
/jumlah
|
Keterangan
|
I.V Etoposide 100 mg injeksi
|
40 mg 2 kali sehari
|
21 hari
|
Pindahkan obat dalam injeksi
kemudian dapat dicampur dengan 1 gelas jus jeruk/cola minum pada keadaan
perut kosong
|
Ondansetron 8 mg
|
8 mg 2 kali sehari
|
1 minggu
|
Jika mual
|
Dexametason 4 mg
|
10 mg 2 kali sehari
|
1 minggu
|
Sebagai anti nyeri bagian belakang
(back pain)
|
Profil
Penggunaan Obat Pasien
Tgl/Obat
|
18
|
19
|
20
|
21
|
22
|
23
|
24
|
25
|
26
|
27
|
28
|
1
|
2
|
3
|
Dexamethasone
3
x 2mg
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Ondansetron
3 x 8
mg
|
√
|
|||||||||||||
Etopul
40 mg po
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
Radiasi
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
VIII.
DRUG RELATED PROBLEM
Drug Related Problem
|
Keterangan
|
Ada indikasi tetapi
tidak diterapi
|
Tidak
ada
|
Pemberian obat tanpa
indikasi
|
Tidak
ada
|
Pemberian obat yang
tidak tepat
|
Tidak
ada
|
Dosis terlalu tinggi
|
Tidak
ada
|
Dosis terlalu rendah
|
Tidak ada
|
Reaksi obat merugikan
|
Tidak ada
|
Interaksi obat
|
Tidak ada
|
Kepatuhan
|
Tidak ada
|
IX.
PEMBAHASAN
Pasien
An. R dengan diagnosa limfoma Hodgkin, sejak tahun 2014 direncanakan mendapat
kemoterapi etoposide oral selama 21 hari dengan radiasi 20-30 kali. Sebelumnya
pasien An. R telah mendapat kemoterapi COPP/ABV (dengan VP16) sebanyak 6
siklus.Setelah dilakukan evaluasi dengan pemeriksaan radiologi hasil
menunjukkan tidak ada perubahan yang signifikan, sehingga dokter memutuskan
untuk memberikan kemo lanjutan dengan etoposide selama 21 hari dan radiasi
sebanyak 20-30 kali.Protokol kemoterapi mengikuti protocol yang dikeluarkan
oleh dokter RS National University Hospital Singapore.
Sebelum
dilakukanya kemoterapi pasien di pastikan dalam kondisi yang memenuhi syarat. Kondisi pasien secara
umum baik, tidak terpasang infus dan hasil pemeriksaan laboratorium memenuhi
syarat untuk dilakukan kemoterapi. Sesuai dengan protokol dari
Singapore etoposide dosis 40mg diberikan secara oral selama 21 hari. Etoposide tergolong moderate-high emetic risk (≥30%), oleh
karena itu sebagai pencegahan mual-muntah dokter meresepkan ondansetron 2 x 8
mg secara peroral dan dexametason sebagai antinyeri (backpain). Persiapan etoposid oral mengikuti intruksi protokol
yakni etoposide injeksi dikeluarkan dari syringe kemudian di campur dengan jus
jeruk atau cola sebanyak 1 gelas air ditempatkan dalam botol khusus. Sediaan
oral solution ini bertahan selama 3 jam, oleh sebab itu pemberianya harus
segera setelah dicampurkan. Pencampuran sediaan ini sesuai dengan literatur,
bahwa pemberian etoposide dapat diberikan secara oral solution dari sedian
injeksi, dengan cara mencampur etoposide dengan jus jeruk atau cola.4,5
Pasien
ini mendapat terapi radiasi disamping kemoterapi sebagai pengobatan sistemik
nya. Radiasi
diberikan sebanyak 20-30 kali dengan pertimbangan kondisi pasien. Setiap kali
menyelesaikan satu siklus dan 5-10 kali radiasi harus dilakukan pemeriksaan
laboratorium untuk mengevaluasi kondisi pasien. Pemeriksaan
laboratorium nya meliputi darah perifer, kimia klinik, fungsi hati ginjal. Radioterapi sangat
bermanfaat ketika Limfoma Hodgkin terdapat pada bagian tertentu dari tubuh. Kombinasi kemoterapi
dan radioterapi sangat efektif dalam menyingkirkan Limfoma Hodgkin. Umumnya radiasi
diberikan 5 sampai beberapa minggu. Sebelum melakukan radiasi dokter radiologi
harus mengukur dan mengitung dengan seksama terutama dosis yang diperlukan
pasien dan target posisi/area yang akan dikenai radiasi. Pada pasien ini
diberikan radioterapi secara involve site
radiotherapy (ISRT), yakni radiasi yang ditujukan hanya pada kelenjar getah
bening yang diketahui terkena limfoma Hodgkin serta jaringan sel normal disekitarnya.6
Sama
hal nya dengan kemoterapi, pengobatan dengan radiasi juga memiliki beberapa
efek samping. Efek samping diantaranya adalah mual, muntah, kulit kering atau
seperti terbakar pada area yang diradiasi, diare, rambut rontok, anemia,
turunya sel-sel darah sehingga pasien berisiko mengalami infeksi.7
Pada pasien An. R
tidak didapati tanda-tanda
efek samping hingga pemantauan terakhir, evaluasi pemeriksaan
laboratorium dilakukan setiap 5-10 kali terapi radiasi. Meskipun gejala efek
samping tidak muncul monitoring efek samping tetap dilakukan sampai terapi
kemoterapi dan radiasi pasien selesai.
DAFTAR PUSTAKA
1.
COG,
2011. Lymphoma Hodgkin in Children
2.
WHO,
2014.Hodgkin lymphoma (pediatric), Union for International Cancer. Control 2014
Review of Cancer Medicines on the WHO List of Essential Medicines.
3.
Yulianti,2014.
Referat onkologi, Limfoma kepala dan
leher. SMF ilmu kesehatan
telinga hidung dantenggorok bedah kepala leherfakultas kedokteran universitas
padjadjaran.
4.
Drug
Information handbook Ed 17th
5.
BC
Cancer Agency Cancer Drug Manual, 2006. Etoposide monograph
6.
www.americancancersociety.com (diakses pada 3 maret
2017)
7.
National
cancer institute (NIC), 2016.Radiation Therapy and You: Support for People with
Cancer.
Your Affiliate Money Making Machine is ready -
BalasHapusPlus, getting it running is as easy as 1, 2, 3!
Here are the steps to make it work...
STEP 1. Choose affiliate products the system will advertise
STEP 2. Add some push button traffic (this LITERALLY takes 2 minutes)
STEP 3. See how the affiliate system grow your list and sell your affiliate products all for you!
Are you ready to start making money???
Click here to launch the system